12 January 2009

Stimulasi Otak Bayi

Sumber: Nakita


TANYA JAWAB SEPUTAR PERKEMBANGAN OTAK BAYI

Otak bayi bukan miniatur otak dewasa. Ia masih akan menjadi besar dan berkembang dari otak yang semula imatur menjadi matur.

Selama
otak berkembang pesat di tahun-tahun pertama kehidupan anak, inilah
saat paling tepat untuk menstimulasinya. Lalu banyak pertanyaan muncul,
mengapa stimulasi yang interaktif harus diberikan di masa-masa
tersebut. Inilah jawaban yang diberikan Dr. Dwi Putro Widodo Sp.A(K),
M.Med., Ketua Kelompok Kerja Neurologi Anak PP IDAI Pusat, atas
pertanyaan-pertanyaan seputar tumbuh kembang otak bayi.

Kapan organ otak mulai terbentuk?
Otak
mulai tumbuh dan berkembang sejak bayi masih dalam kandungan, tepatnya
setelah usia kehamilan 8 minggu. Susunan saraf pusat atau otak
merupakan organ yang pertama kali terbentuk. Pada awalnya dimulai
dengan pembentukan lempeng saraf (neural plate) pada sekitar hari ke-16
kehamilan. Kemudian, lempeng saraf ini menggulung membentuk tabung
saraf (neural tube) pada hari ke-22. Lalu, mulailah diproduksi sel-sel
saraf.

Nah,
pada hari ke­35 kehamilan atau sekitar minggu kelima, mulai terlihat
cikal-bakal otak besar di ujung tabung saraf. Selanjutnya, terbentuklah
batang otak, otak kecil dan bagian-bagian lainnya. Mulai usia delapan
minggu kehamilan, terjadilah produksi sel saraf luar biasa cepatnya,
kira-kira mencapai 250 ribu per detik. Pertumbuhan dan perkembangan
otak juga berlangsung cepat sekali, terutama mulai di trimester ketiga,
kira-kira saat kehamilan berumur 25 minggu hingga anak berusia 2 tahun.

Bagaimana tahap perkembangan otak?
Proses
tumbuh kembang otak sangat kompleks dan melalui beberapa tahapan, yaitu
penambahan sel-sel saraf (poliferasi), perpindahan sel saraf (migrasi),
perubahan sel saraf (diferensiasi), pembentukan jalinan saraf satu
dengan yang lainnya (si- naps), dan pembentukan selubung saraf
(mielinasi).

1. Poliferasi
Pada
awalnya, bentuk sel saraf (neuron) masih sederhana. Kemudian, mengalami
pembelahan sehingga menjadi banyak. Inilah yang disebut proses
penambahan (poliferasi) sel saraf. Proses proliferasi ini berlangsung
pada usia kehamilan sekitar 4-24 minggu. Proses poliferasi sel saraf
selesai/berhenti pada waktu bayi lahir.

2. Migrasi
Setelah
proses poliferasi, sel saraf akan mengalami migrasi atau berpindah ke
tempatnya masing-masing. Ada yang menempati wilayah depan, belakang,
samping, dan bagian atas otak. Waktu terjadi perpindahannya
berbeda-beda sesuai program yang sudah dibentuk secara genetik dan
alamiah.
Setelah sampai di "rumahnya" masing-masing, sel-sel saraf
lalu berkembang. Setiap "rumah" memiliki kurva pertumbuhan
sendiri-sendiri. Percepatan pertumbuhannya juga berbeda-beda. Tak heran
kalau kemampuan otak setiap anak juga berbeda. Proses migrasi
sebenarnya berlangsung sejak kehamilan 16 minggu sampai akhir bulan
ke-6. Proses migrasi ini terjadi secara bergelombang. Artinya, sel
saraf yang bermigrasi lebih awal akan menempati lapisan dalam dan yang
bermigrasi berikutnya menempati lapisan luar (korteks serebri).

3. Diferensiasi
Pada
akhir bulan ke-6 kehamilan, lempeng korteks sudah memiliki komponen sel
saraf yang lengkap. Seiring dengan itu juga sudah tampak adanya
diferensiasi. Yaitu perubahan bentuk, komposisi dan fungsi sel saraf
menjadi enam lapis seperti pada orang dewasa. Sel saraf kemudian
berubah menjadi sel neuron yang bercabang-cabang dan juga berubah
menjadi sel penunjang (sel glia). Sel penunjang ini tumbuh banyak
setelah sel saraf menjadi matang dan besar. Fungsi sel glia juga
mengatur kehidupan individu sehari-hari.

4. Sinaps
Selanjutnya
terjadi pembentukan jalinan saraf satu dengan yang lainnya (sinaps).
Setelah menjalani mielinisasi (proses pematangan selubung saraf),
sinaps makin bertambah banyak.

5. Mielinisasi
Proses
pematangan selubung saraf (myelin) yang disebut mielinisasi masih terus
berkembang. Proses ini terjadi terutama beberapa saat sebelum terjadi
kehamilan. Pematangan selubung saraf mencapai puncaknya ketika bayi
berumur satu tahun. Setelah bayi lahir terjadi pertumbuhan serabut
saraf. Lalu, terjadi peningkatan jumlah sel glia yang luar biasa serta
proses mielinisasi.

Semua
proses tersebut, selain berlangsung alamiah, juga dipengaruhi oleh
stimulasi dan nutrisi. Nah, di sinilah pentingnya peranan orang tua
pada masa prenatal (kehamilan) dan pascanatal (setelah kelahiran) dalam
perkembangan otak anak. Karena itu, jika ibu atau ayah menghendaki si
kecil mempunyai otak yang berkualitas, maka perlu memahami tahapan
perkembangan otak anak meskipun secara garis besar saja. Persiapan agar
anak memiliki otak yang berkualitas harus dimulai sebelum kehamilan,
selama masa hamil, dan setelah bayi lahir sampai proses perkembangan
otak itu selesai.

Berapa berat otak bayi?
Berdasarkan
hasil penelitian, dibandingkan dengan seluruh berat badan ternyata
berat otak hanya mencapai 2-3 persen. Rata-rata ketika baru lahir berat
otak bayi adalah 350 gram. Kemudian, menginjak usia 1 tahun bertambah
menjadi 1.200 gram. Percepatan pertambahan berat otak pada setiap anak
berbeda-beda, tergantung pada faktor genetik dan lingkungannya.
Penelitian
juga menyebutkan, otak bayi baru lahir ternyata besarnya sudah mencapai
25 persen dari otak orang dewasa. Kemudian, pada usia satu tahun
perkembangannya sudah mencapai 70 persen dari otak dewasa. Pada umur
satu tahun juga otak bayi sudah mengandung 100 miliar sel neuron. Dari
angka tersebut, sekitar 70-80 persen sel neuronnya telah terbentuk
secara lengkap. Memang, sejak bayi dilahirkan sampai berusia 1 tahun
terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat sehingga masa ini disebut
periode lompatan pertumbuhan otak. Dalam rentang waktu tersebut, sel
neuron sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Maka tak salah jika
orang tua disarankan memanfaatkan waktu yang berharga ini untuk
menstimulasi bayi secara optimal.

Berdasarkan
penelitian juga, diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan otak anak
perempuan ternyata lebih cepat dibandingkan otak anak laki-laki.
Sebaliknya, konon otak anak laki-laki lebih besar dibandingkan otak
perempuan. Kenapa? Kemungkinan karena faktor genetik.

Apa yang mempengaruhi perkembangan otak?
Yang
pasti, tumbuh-kembang otak dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan. Jika kedua faktor ini tak mendukung, maka dengan sendirinya
tumbuh-kembang otak jauh dari optimal. Faktor genetik dan lingkungan
tak bisa berdiri sendiri, keduanya saling berkaitan dan bergandengan
agar otak berkembang dengan baik.

Faktor
genetik dipengaruhi juga oleh kondisi kesehatan ataupun gizi saat si
kecil masih berupa janin. Jadi, kalau ibu kekurangan gizi, otomatis
perkembangan sel-sel saraf dan pertumbuhan jaringan saraf janin pun
tidak sebanyak yang harusnya bisa dicapai jika gizi ibu bagus.

Alhasil,
otak bayi cenderung kecil dan kemungkinan kemampuan memorinya menjadi
sedikit. Proses kerja otaknya juga lebih lamban ketimbang otak yang
ukurannya lebih besar. Kelak, perkembangan motorik si kecil akan
terlambat dan sehari-hari pun ia terlihat kurang cerdas. Tak heran,
jika ibu hamil sangat dianjurkan untuk selalu mengonsumsi makanan yang
bergizi.
Faktor lingkungan, dalam hal ini orang tua, juga punya
peran yang penting terutama untuk menstimulasi si kecil. Rangsangan
yang lebih optimal tentu harus diberikan setelah bayi lahir ketimbang
waktu ia masih dalam kandungan. Suara atau belaian orang tua merupakan
stimulasi bagi bayi yang dapat mempercepat perkembangan otaknya.

Kenapa otak harus distimulasi?
Tanpa
stimulasi, otak bayi menjadi tidak terolah. Akibatnya, jaringan saraf
(sinaps) yang jarang atau tidak terpakai akan musnah. Di sinilah
pentingnya pemberian stimulasi secara rutin. Mengapa harus rutin?
Karena setiap kali anak berpikir atau mengfungsikan otaknya, maka akan
terbentuk sinaps baru untuk merespons stimulasi tersebut. Berarti,
stimulasi yang terus-menerus akan memperkuat sinaps yang lama sehingga
otomatis membuat fungsi otak akan makin baik.

Mengenai
stimulasi ini, para peneliti di Baylor College of Medicine, Houston,
Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak yang tidak banyak distimulasi
maka otaknya akan lebih kecil 30 persen dibandingkan anak lain yang
mendapatkan rangsangan secara optimal.

Mana lebih besar pengaruhnya, faktor genetik atau lingkungan?
Pertumbuhan
dan perkembangan otak sangat tergantung pada kerja sama antara faktor
genetik dan faktor lingkungan. Namun, berdasarkan pengamatan, faktor
lingkungan ternyata paling banyak berperan dalam menentukan masa depan
anak. Contohnya, lingkungan dengan suasana yang baik dan menyenangkan,
gizi baik, imunisasi, stimulasi dan kasih sayang yang cukup dapat
mengoptimalkan perkembangan otak anak.

Apakah kemampuan otak dapat berubah?
Ya,
setiap saat kemampuan otak bisa berubah. Pada saat lahir, anak mungkin
sehat dan pintar. Namun, jika kemudian anak menderita penyakit,
katakanlah radang otak, maka habislah sudah kemampuan otaknya, karena
sel-sel yang rusak tidak dapat diganti. Misalnya, anak tak diimunisasi,
lalu terkena campak atau penyakit lain yang bisa menyerang otak, maka
otaknya juga takkan optimal lagi. Selanjutnya yang bisa dibangun
kembali adalah jaringan saraf anak tapi bukan sel otaknya.

Bagaimanakah susunan otak itu?
Secara
sederhana, otak dibagi dalam 2 bagian, yaitu otak besar dan otak kecil.
Otak besar berperan penting dalam kemampuan berpikir dan tingkat
kecerdasan seseorang. Sedangkan otak kecil memiliki tanggung jawab
sebagai pengontrol koordinasi dan keseimbangan.
Selanjutnya,
struktur otak terbagi menjadi 2 bagian, yaitu otak kiri dan kanan.
Masing-masing memiliki fungsi berbeda. Otak kiri berkaitan dengan
fungsi akademis seperti belajar berhitung (matematika), logika,
membaca, menulis, menganalisa, dan mengembangkan kemampuan daya ingat.
Sementara, otak kanan berkaitan dengan kreativitas, seperti seni atau
olahraga.

Bagaimana cara menstimulasi otak kiri dan kanan?
Baik
otak kiri maupun kanan membutuhkan stimulasi yang seimbang agar
fungsi-fungsinya bisa berkembang secara optimal. Tak mungkin hanya
merangsang otak kiri atau otak kanan saja. Para pakar psikologi
menilai, jika stimulasi dilakukan secara seimbang, maka tak hanya unsur
kecerdasan yang akan meningkat melainkan kepribadian anak di kemudian
hari.

Contoh menstimulasi otak kiri dan
kanan di antaranya ketika ibu menyusui, dendangkanlah lagu-lagu yang
terasa nikmat serta belai dan sentuhlah si bayi dengan lembut. Ajak
pula si kecil berbicara meskipun ia belum bisa menjawab ucapan ibu atau
ayahnya. Nah, melodi dari lagu akan menstimulasi otak kanan bayi,
sedangkan lirik lagu yang didendangkan ternyata mampu merangsang otak
bagian kiri. Yang jelas, stimulasi terhadap bayi mesti dilakukan dengan
suasana gembira, bermain, aman, dan nyaman.

TENTANG SIALIC ACID

Zat-zat
nutrisi sangat berperan dalam mendorong proses tumbuh-kembang otak
anak. Zat yang sudah dikenal perannya adalah asam lemak omega-3 atau
omega-6 yang banyak terdapat pada ASI. Zat ini di dalam tubuh bayi akan
berubah menjadi AA dan DHA yang konon berfungsi dalam pembentukan
membran sel saraf. Lantaran itu, banyak susu formula yang menyertakan
AA dan DHA dalam komposisi gizinya. Untuk diketahui, zat-zat lain yang
banyak terdapat dalam ASI juga mendorong peningkatan kecerdasan anak.

Penelitian terbaru menyebutkan ada zat lain yang banyak terdapat di otak, terutama
di lapisan otak bagian luar, yaitu sialic acid yang juga terkandung
dalam ASI. Fungsi sialic acid adalah membantu meningkatkan kemampuan
memori dan proses belajar pada anak. Tentu saja kemampuan ini
berpengaruh pada kecerdasannya. Namun menurut Dwi Putro, pertumbuhan
dan perkembangan otak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Artinya, tak
cuma zat-zat nutrisi tertentu yang punya peranan dominan bagi tumbuh
kembang otak, termasuk sialic acid ini. Hilman Hilmansyah. Ilustrator:
Pugoeh

No comments:

Post a Comment